Saudara, seperti yang kita tahu, setiap perjalanan berangkat dari suatu titik awal, lalu bergerak di atas suatu jalan, melalui berbagai medan, untuk menuju suatu tujuan.
Ada kalanya seseorang melakukan perjalanan geografis, seperti halnya yang pernah dilakukan oleh Robert Pirsig. Novelis filosofis ini melakukan perjalanan pada awal pertengahan paruh kedua abad 20 masehi. Dengan mengendarai sepeda motor miliknya, ia menempuh perjalanan lebih dari 1200 km dari Minnesota menuju Montana melalui Dakota. Perjalanan tersebut di kemudian hari Pirsig publikasikan dalam sebuah karya sastra berbentuk novel dengan judul Zen and The Art of Motorcycle Maintenance pada tahun 1974.
Perjalanan geografis yang Pirsig lakukan bukanlah suatu perjalanan yang menghiraukan waktu tempuh. Pirsig tidak menaruh intensi untuk segera sampai di suatu tempat, lalu bergegas untuk melanjutkan perjalanan menuju tempat berikutnya. Melainkan ia menitikberatkan pada upaya untuk hadir di dalam kenyataan yang ada dan sadar akan apa yang ia lihat, dengar, dan rasakan di sepanjang perjalanannya.
Apa yang Pirsig lakukan sesungguhnya bukan perjalanan geografis belaka. Lebih dari itu, ia mengajak dan menyertai kita di dalam suatu tindakan menjelajahi dan menyelami kenyataan hidup yang ia jumpai.
Pirsig di dalam karya sastranya secara tersirat ingin mengatakan bahwa seorang manusia yang melakukan pencarian terhadap diri-pribadinya dalam suatu fase di dalam hidupnya adalah suatu bentuk perjalanan. Suatu bentuk perjalanan paradigmatis yang menitikberatkan pada usaha untuk menemukan dan menggali diri-pribadi yang sejati. Perjalanan yang membutuhkan bekal berupa kehadiran penuh untuk memperhatikan seluk-beluk kenyataan yang terjadi. Perjalanan yang membutuhkan keterbukaan untuk memikirkan hubung-kait yang ada. Perjalanan yang juga membutuhkan kejernihan kalbu (conscience) dalam memilah dan menggali kedalaman makna.
Berkaca dari itu semua, saya pun seorang manusia yang sedang berada dalam perjalanan paradigmatis. Perjalanan yang dilakukan demi sebuah perubahan paradigma. Perjalanan yang membawa manusia pada perpindahan keadaan (circumstance) di suatu fase dalam hidupnya.
Saya bukanlah seorang lanjut usia yang sedang menikmati masa senjanya, saya bukan juga seseorang yang sangat belia yang mungkin masih samar dalam memandang seluk-beluk kenyataan yang ada. Oleh karena suatu perjalanan paradigmatis tidak terbatas oleh usia, maka tidak cukup kontekstual untuk menitikberatkan pada ukuran itu di ruang ini. Namun demikian bukan berarti tidak memperdulikan usia yang terus berjalan. Bagi saya, perjalanan ini lebih dari itu, lebih dari sekedar hitungan angka. Karena di dalam hidup, setiap manusia tumbuh dengan cara dan lajunya masing-masing.
Saya juga sudah bukan lagi seorang yang mencari kepuasan pribadi yang menginginkan pengakuan ataupun sanjungan. Menurut saya hal itu hanyalah barang trivial. Bagi saya, persahabatan yang dihidupkan dengan percakapan dialogis itu lebih substansial.
Hal-hal yang mengapung dan tampak di permukaan sejauh ini sudah terlalu menyibukkan. Lebih baik menyelam dan berjelajah untuk menemukan makna dan pola acuan.
Mungkin sudah saatnya kita mencari dan menemukan jawaban darimana dan harus menuju kemana kita sesungguhnya. Selama ini, mungkin hal itu yang kita lupa.
Salam kenal saudara, saya Ryo, semoga kita bisa bertemu di dunia nyata